Halaman

Kamis, 16 Oktober 2025

[Cerpen] Senja-Part 2

“Ok, class, are you ready for exam today?”

"Yes, Miss!"

Hampir setahun ini, Salwa menjadi guru honorer Bahasa Inggris di salah satu SLTA di Kota Jogja. Namun siapa sangka, jika ternyata, salah satu anak didiknya yang saat ini duduk di kelas 12 adalah adik perempuan Furqon, mantan dosennya sewaktu di kampus dulu. Nisa, begitulah sapaan akrabnya. Dari sinilah kisah keduanya kembali bermula.

“Aku dah dijemput, duluan ya!” Ujar Nisa sambil melambaikan tangan ke teman-temannyaNisa segera menghampiri Furqon yang sudah menunggu di gerbang sekolah.

Kak, ada tugas Bahasa Inggris, nih, ntar ajarin ya. Sebetulnya udah dijelasin sih, sama Miss Salwa, tapi tetep aja belum paham

“Miss Salwa?” Tanya Furqon

Iya, Miss Salwa, guru Bahasa Inggris Nisa. Udah baik, cantik lagi. Kakak mau aku kenalin? Kan ada tu pepatah, tak kenal maka…

“Tak sayang, kan?” Sambung Furqon

“Ta’aruf.” Sahut Nisa

Furqon mencubit pipi Nisa gemes

Ih, kakak, sakit, tau’.” Gerutu Nisa sambil mengusap-usap pipinya

Sesampainya di rumah, Furqon langsung menghempaskan tubuhnya di atas kasur sambil sesekali memejamkan mata.

Segarnya hembusan angin yang menyusup masuk melalui jendela kamarnya, semakin membuatnya enggan beranjak dari tempat tidur.

Sempat terbersit dalam benaknya, Bahasa Inggris, Miss Salwa. Jangan-jangan… Ah.. itu cuma kebetulan aja.. sangkalnya         

Berhari-hari, Furqon terus dirundung rasa penasaran. Tidak bisa ia pungkiri kalo' sosok Salwa belum sepenuhnya hilang dari pikirannya. Dan saat ini, ia merasa harapan itu kembali ada.

Siang itu, satu pesan masuk di ponsel Furqon

“Astaghfirullah..” Ucap Furqon sambil menepuk dahinya

“Lo kenapa bray?” Tanya Hanif, teman akrab Furqon  

“Gue lupa belum ngembaliin laptop adek gue.”

“So?”

“Katanya siang ini mau dipake’, gue diminta nganter ke sekolah.”

Furqon segera meraih tasnya “Guwe cabut dulu ya, Assalamu’alaikum..”

“Wa’alaikumussalam.. ati-ati, lo!”

Furqon bergegas menuju ke sekolah Nisa. Beruntung, lima menit sebelum masuk kelas, dia sudah sampai di sana.

Namun, tiba-tiba langkahnya terhenti, tatkala wajah Salwa tertangkap jelas oleh lensa matanya.

Deg! Furqon terperangah, jantungnya berdegup kencang, apakah ini mimpi, halusinasi, atau apa? Pertanyaan-pertanyaan itu mulai berkecamuk di kepalanya, hingga membuatnya seolah lupa dengan tujuannya semula datang ke sekolah Nisa.

Setelah sekian lama pergi, kini, senja itu datang kembali. Gumamnya.

Tatapannya begitu hangat saat memandang Salwa dari kejauhan yang tengah berbincang dengan seorang siswa di salah satu koridor sekolah.

Astaghfirullah.. Furqon mengerjapkan mata dan menundukkan pandangannya.

“Udah di tungguin dari tadi, juga” Ujar Nisa yang tiba-tiba menghampiri Furqon dengan muka ditekuk.

“Iya deh, maaf, gitu aja ngambek” Ujarnya sambil menyentil hidung Nisa

Nisa meraih laptop dari tangan kakaknya dan bergegas masuk kelas.

Raut bahagia terlihat jelas di wajah Furqon. Dia baru menyadari, ternyata benar dugaannya, bahwa guru Bahasa Inggris yang pernah disebut oleh adiknya di mobil waktu itu, tak lain adalah Salwa, mantan mahasiswinya. Semoga ini petunjuk yang Allah perlihatkan, harapnya.

“Before we go home, let’s pray together, begin!.. Finish!... See you!”

Semua siswapun bergegas keluar kelas, tak terkecuali Nisa. Salwa b ergk

Sembari menunggu adiknya, Furqon keluar dari mobil dan mencoba keberuntungannya siang itu, siapa tau bisa bertemu dengan Salwa

“Ayo kak!” Ajak Nisa yang tiba-tiba muncul dihadapannya.

Tidak jauh dari tempat mereka berdiri, tanpa sengaja, Salwa melihat mereka yang sedang berbincang.

“Pak Furqon?!” Ujar Salwa dalam hati

“Kenapa lengan bajumu dilipat?” Tanya Furqon kepada Nisa

Nisa nyengir “Biar gaul, dong kak. Sama kayak temen-temen.” Jawab Nisa

"Jadi, dia..." Salwa terkejut saat mengetahui kalo' ternyata Nisa adalah adik Furqon.

“Kamu tidak perlu melipat lengan bajumu hanya karena ingin dibilang gaul.” Ujar Furqon seraya menurunkan lengan baju Nisa dan mengaitkan kancingnya.

“Lengan wanita temasuk aurat, jadi, jangan biarkan setiap mata lelaki dengan bebas memandang kecantikan dan keindahan tubuhmu. Biarkan cantikmu tetap istimewa untuk kekasih halal yang kelak mendampingimu.” Imbuhnya

Rasa sayang Furqon dan kehati-hatiannya dalam menjaga kehormatan adik perempuannya, tak ayal membuat Salwa kagum.

"Masyaallah, sungguh beruntung akhwat yang bisa menjadi pendamping hidupnya" Gumam Salwa dalam hati, sembari terus memandangi Furqon.

Astaghfirullah.., Salwa memalingkan wajahnya, mencoba bangkit dari rasa aneh yang hampir menenggelamkan dirinya.

Sudah sekian hari sejak pertemuan di sekolah itu, membuat Furqon tidak ingin kehilangan kesempatan keduanya. Ia ingin kembali mengejar apa yang pernah hilang darinya.

Pagi itu, ketika Nisa sedang mengenakan sepatu dan siap berangkat ke sekolah,

“Ada tugas Bahasa Inggris lagi?” Tanya Furqon

“Aman kak, nggak ada.” Jawab Nisa

“O ya, dek, kakak pengen cerita sesuatu sama kamu. Kakak rasa, kamu sudah cukup dewasa untuk mengetahuinya”

“Apaan, kak?.” Tanya Nisa penasaran

Furqon duduk di sofa, seraya melipat kedua tangannya di dada

“Sekitar 3 tahun yang lalu, kakak pernah mengenal seorang mahasiswi, dia baik, cerdas, sederhana, taat beribadah, almost perfect, dan Allah begitu baik telah mempertemukan kami lagi.” Furqon tersipu

“Emang siapa kak?” Tanya Nisa penasaran

“Selama ini, ternyata dia begitu dekat dengan kamu, tapi kakak tidak pernah tau.”

“Siapa sih, kak, jadi kepo nih..” Tanya Nisa semakin penasaran

Furqon menghela nafas 

“Salwa” Jawab Furqon

“Wait.. wait.. jangan-jangan, ex mahasiswi yang kakak maksud itu, guru Bahasa Inggris Nisa?” Terka Nisa

Furqon mengangguk 

“Masyaa Allah, what a small world!” Ucap Nisa girang

“Boleh nggak, kakak minta tolong?" 

"Buat?"

"Tolong berikan surat ini untuk Miss Salwa, ya!” Pinta Furqon seraya mengulurkan sepucuk surat pada adiknya.

“With my pleasure, adikmu yang cantik dan imut ini, Insyaa Allah akan menjalankan amanah dengan baik.” Ujar Nisa 

Pagi itu, dengan penuh semangat, Nisa bergegas ke sekolah.

“Miss Salwa!” Teriak Nisa memanggil Salwa yang masih berada di luar gerbang sekolah, yang kemudian bergegas menghampirinya.

Dengan nafas terengah-engah, Nisa memberikan surat yang dititipkan Furqon kepadanya.

“I got something for you, Miss”

“Dari siapa?” Tanya Salwa

“Buka aja Miss, nanti juga tau.” Nisa nyengir dan segera beranjak dari hadapan Salwa.

“Bismillah..

Apa kabar dirimu yang sekian lama telah Allah sembunyikan dariku, semoga engkau senantiasa dalam penjagaan-Nya.

Alhamdulillah, begitu baiknya Allah yang telah membawamu kembali kehadapanku, meski dulu, aku pernah membuat-Nya cemburu dengan kehadiranmu.

Maaf, jika selama ini engkau bukan hanya tertangkap oleh lensa mataku, tapi juga terekam jelas dalam memoriku.

Meski banyak hal yang telah berevolusi mengikuti perjalanan waktu, namun perasaanku tidak pernah mengalami metamorfosa sedikitpun, layaknya senja, yang warna indahnya masih tetap sama..  jingga.  

Aku pun tidak pernah tau, kepada siapa Allah akan melabuhkan hatiku, tapi aku berharap namamulah  yang tertulis di Lauhul Mahfudz.”

Shakilla Ainur Salwa, bersediakah engkau menjadi ibu dari anak-anak kita nanti?” 

Salam, Furqon  

Pipi Salwa memerah, hatinya berbunga-bunga setelah membaca surat dari Furqon. Tidak butuh waktu lama bagi Salwa untuk membalas suratnya.

“Alhamdulillah, Penjagaan Allah terhadapku begitu sempurna. 

Bukan tanpa sebab, Allah menyembunyikanku, tapi, Dia hanya ingin mempertemukan kita di saat yang tepat.

Jangan terlalu berlebihan, akhi, apa yang pantas Allah cemburui dari perempuan sepertiku, aku hanyalah hamba-Nya yang jauh dari kata sempurna.  

Engkau seorang pendidik, sekaligus kakak yang baik. Aku yakin, kelak, engkaupun juga akan menjadi seorang imam yang baik..

Sungguh, aku merasa tersanjung bisa mengisi ruang kecil di hatimu, tapi, aku tidak ingin jika keberadaanku yang belum halal bagimu, justru hanya akan menggoyahkan imanmu. Perjuangkan niat baikmu, akhi, semoga Allah meridhoi setiap langkahmu.

Iya akhi, ana bersedia...

Rasa syukur tak terbendung di hati Furqon, menerima balasan surat dari Salwa. Hatinyapun semakin mantap untuk menjadikan Salwa sebagai pendamping hidupnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar