“Kamu lagi, kamu lagi, ini sudah ke tiga kalinya kamu terlambat masuk di kelas saya.” Tegur dosen matematika Kayla.
“Maaf pak, tadi..”
“Alesan terus, kamu!” Sahutnya
“Huuuuuu…” Sorak teman-teman Kayla
“Sekarang kamu kerjakan soal itu, kalo’ jawabanmu benar, kamu boleh ikut kelas saya, tapi, kalo’ jawabanmu salah, silakan keluar.” Perintah sang dosen
“Rasain lu!”
“Mampus, lu!”
“Dasar, cewek barbar.” Celetuk teman-teman Kayla
Dengan percaya diri, Kayla segera mengambil spidol dan mengerjakan soal di papan tulis. Hanya butuh waktu kurang dari dua menit, untuknya, menyelesaikan tantangan itu.
“Sudah, Pak.”
Teman-teman Kayla pada melongo
Sang dosenpun memeriksa pekerjaan Kayla, dan hasilnya… sempurna.
“Ok, kamu boleh duduk.”
Teman-teman Kayla yang tadinya berceletuk, langsung pada kicep. Dengan menunjukkan muka songongnya, Dia berjalan menuju bangkunya.
Kayla Putri Ramadhani, Siapa yang nggak mengenalnya, cewek barbar yang akrab disapa Kayla. Mahasiswi FKIP semester lima, yang bukan hanya cantik dan cerdas, tapi juga jago bela diri. Meski berjilbab, penampilannya tetap tomboy abis. Hanya dengan menunjukkan kepalan tangan saja, sudah membuat orang ciut nyali.
“Siang, Kay, ntar malem, nonton yuk!” Ajak seorang mahasiswa
“What?! Otak lo dah konslet? Sekali lagi lo ngomong gitu ke gue, bogem mentah ini bakal melayang ke muka lo.” Ancam Kayla sembari menyodorkan kepalan tangannya. Seketika, cowok itu hempas dari hadapannya.
Lain Kayla, lain pula Reza, teman sekelas Kayla. Cowok culun dan tambun yang ciut nyali hanya dengan sekali gertak.
“Woi!!” Teriak Kayla ketika melihat Reza yang sedang dikerjain teman-temannya.
“Beraninya main kroyokan, lepasin nggak, sekali lagi gue lihat kalian ngerjain dia, kalian bakal berurusan sama gue.” Ancam Kayla, yang seketika membuat muka mereka mengkerut dan kabur dari hadapannya
“Lo nggak papa?”
“Enggak, Kay, ma.. makasih ya Kay.” Ucap Reza terbata.
“Iya, sama-sama, hati-hati lo, gue cabut dulu.” Balas Kayla yang seketika beranjak dari hadapan Reza.
“Sadis juga lo, Kay. Emang nggak salah gue pilih lu jadi temen, tiap ke mana-mana serasa bawa bodyguard, haha…” Kelakar Nisa, teman Kayla.
“Lagian, tuh cowok letoi amat.” Imbuh Nisa
“Reza??”
“Iya, siapa lagi, emm.. kayaknya waktu lahir, raga kalian ketuker deh Kay.”
“Maksud lo?”
“Maksud gue, yang seharusnya lemah lembut tu elo, nah, yang jagoan tu si Reza, secara, dia kan cowok, tuh. Lah, ini malah kebalik.”
“Au ah gelap. Gue cabut dulu, Bye!”
“Tunggu Kay, gorengan gue belum habis, nih.” Teriak Nisa
Sejak kejadian waktu itu, Kayla mampu menghipnotis mata Reza. Setiap berpapasan dengannya, ada pandangan yang tak biasa, rupanya, virus merah jambu sudah menjangkitinya. Tapi apa daya, penampilannya yang nggak masuk nominasi lelaki idaman, seketika membuat nyalinya ciut.
Genap delapan semester sudah, Kayla dan teman-teman seangkatannya menjalani kuliah di institusi ini, dan sekarang, mereka sudah resmi menjadi alumni. Beruntungnya Kayla, yang berhasil menyingkirkan puluhan pesaing, dan terpilih menjadi tenaga pengajar di salah satu SLTA bergengsi yang nggak jauh dari tempat tinggalnya.
Sedangkan Nisa yang sampai sekarang masih menjadi sahabat karib Kayla, lebih memilih untuk menikah dan membuka les privat di rumahnya. Anak didiknyapun sudah semakin banyak.
Di hari pertama Kayla mengajar,
“Kalau ada yang belum paham, silakan bertanya.” Ujar Kayla pada murid-muridnya
Tiba-tiba ada seorang siswa yang mengangkat tangannya.
“Ok, kamu, bagian mana yang ingin kamu tanyakan?”
“Ibu sudah punya pacar, belum?”
Huuu…
Haha…
Kelas mendadak riuh
“Ini anak, bikin tensi gue naik, aja.” Gerutunya dalam hati
Fuuh.. Sabar Kayla, sabar, sekarang lo dah jadi guru, jaga sikap, jangan urakan kayak di kampus dulu, ok!
Hari pertama mengajar, terasa melelahkan bagi Kayla, tapi lambat laun, dia mulai terbiasa, dan justru sangat menikmati hari-harinya bersama murid-murid kesayangannya.
Pelan-pelan, Kaylapun mulai berubah, dia yang dulu tomboy, sekarang menjadi lebih lembut dan keibuan. Celana panjang yang dulu sering dia kenakan, sudah berganti menjadi gamis dan kerudung lebar. Kisah cewek barbar yang dulu eksis, sekarang, hanya tinggal cerita.
Lima tahun berlalu, usia Kayla tak lagi remaja, ibunya pun sering memintanya untuk segera menikah.
“Kapan kamu mau kasih mantu ke umi, Kay?” Tanya Umi
“Belum kepikiran, mi.” Jawab Kayla
“Tunggu apa lagi sih Kay, umi sudah pengen nimang cucu, nih.”
“Iya, umiku sayang, besok kalo’ sudah ada calonnya, langsung dikirim ke umi lewat pos, ya.” Canda Kayla
“Sekarang Kayla berangkat ngajar dulu, da.. da.. umi, Assalamu’alaikum..” pungkasnya
“Dasar, nih anak.”
Tiga mangkuk mi rebus untuk makan malam sudah terhidang di meja makan selepas hujan. Salah satu makanan favorit Kayla yang pantang untuk ditolak
Slurpp… Kayla menyeruput kuah mi, layaknya model iklan mi instan di tv.
"kay.." Panggil umi mengawali percakapan
"Aduh, perasaan gue dah mulai nggak enak, nih." Gumam Kayla dalam hati
"Temen lama umi yang dari Bandung, minggu depan mau ke sini, lho. Dia mau ngenalin putranya ke kamu."
"Tuh, kan, bener." Celetuk Kayla dalam hatinya lagi
"Maksudnya, dijodohin, gitu, mi?"
"Ya... Kalo’ cocok, sih, maunya gitu."
"Ini, kan, bukan jamannya Siti Nurbaya lagi, mi."
"Habisnya, calon mantu yang umi harapkan dari kamu, belum nongol juga." Umi kembali menyuap makanannya
“Bener tuh, kata umi kamu, daripada keduluan sama Datuk Maringgi.” Kelakar Abi
“Apaan, sih bi.”
Haha…
"O, ya, ternyata, anaknya temen umi, tuh, lulusan universitas yang sama tempat kamu kuliah dulu, lho, Kay. Tahun lulusnya juga sama, anak matematika juga. Siapa tau kamu kenal, namanya... Reza."
Uhuk..uhuk..
Tiba-tiba Kayla tersedak begitu mendangar nama Reza
"Kamu nggak papa, kan, Kay, minum dulu, nih!" Ujar Umi sembari menyodorkan segelas air putih
"Makasih, mi."
Meski Kayla tau siapa Reza yang dimaksud, tapi dia memilih untuk diam, agar drama di meja makan nggak semakin panjang.
Ucapan umi di meja makan malam itu, terus mengganggu pikiran Kayla. Dia masih nggak percaya, cowok yang saat dibuly dulu, mau melindungi dirinya sendiri saja belum bisa, gimana mau menjaganya. Aduh, Kayla, mikir lo kejauhan, kalian tu baru mau dikenalin, tinggal ketemu aja, apa susahnya, sih. Kalo’ nggak cocok, tinggal bilang aja, kelar urusan.
"Kenapa sih lo, mukanya kusut bener, kayak baju belum di setrika." Ledek Nisa
"Nyokap gue mau ngenalin gue sama anak temennya, dan minggu depan, mereka mau datang ke rumah."
“Bagus lah, kalo’ gitu, kan, lo nggak jadi jomblo akut lagi, gue aja dah mau brojol dua kali, masa lo nggak kawin-kawin juga sih." Timpal Nisa
"Masalahnya, lo nggak tau, siapa yang mau dikenalin ke gue."
"Emangnya siapa?"
Kayla menghela nafas panjang
"Reza, temen kuliah kita dulu "
"What!?"
"Kaget kan lo, gue aja sampe keselek, waktu nyokap sebut namanya."
“Lo salah, kali, mungkin aja Reza yang lain.” Tukas Nisa
“Enggak, Nisa, gue yakin. Umi bilang dia anak matematika, seangkatan sama gue, tahun lulusnya juga sama. Coba lo inget, ada berapa nama Reza yang satu jurusan dan seangkatan sama kita?”
"Kok bisa sih, kayaknya, nyokap lo salah pilih calon mantu, deh, Kay."
"Eits, bukan calon mantu, ya, baru di-ke-nal-in."
"Sama aja Kay, ujung-ujungnya, arahnya ke situ juga."
"Minggu depan, lo temenin gue ya, plis!” Pinta Kayla
"Pasti, dong, Kay."
"Makasih, ya, Nis, lo emang temen gue yang paling baik."
"Ember."
"Nisa.."
"Iya,iya, jangan cemberut gitu dong, ntar cantiknya ilang."
Kayla menyandarkan kepalanya di bahu Nisa
Jam 08.55, sebentar lagi mereka akan datang. Sedari tadi, Kayla mondar mandir nggak jelas di ruang tamu. Polah tingkahnya yang bersiap mau menyambut seseorang, sudah seperti menunggu kedatangan Dept Colector yang mau nagih utang.
Ting tong! Jam sembilan tepat, bel rumah berbunyi. Umi segera membukakan pintu. Dan benar saja, itu mereka. Di mulai dengan adegan cipika cipiki, layaknya besti yang lama tak bersua.
Lho, kok, di mana Reza? Kayla celingukan mencari keberadaan Reza yang belum juga tertangkap oleh lensa matanya. Yang dia lihat hanyalah dua orang paruh baya, dan seorang pemuda yang gagah dan berkulit putih dengan rambut belah pinggirnya.
"Assalamu’alaikum, Kay." Ucap Reza sambil menangkupkan tangannya
“Dari mana dia tau nama gue, siapa dia?” Tanya Kayla di hatinya
"Wa.. Wa'alaikumussalam.." Jawab Kayla terbata
"Kayla.. ini Reza, yang pernah umi ceritakan ke kamu beberapa hari yang lalu." Ujar umi
Kayla berusaha memastikan, apa itu benar-benar Reza, teman kuliahnya dulu. Sampai akhirnya dia melihat tanda lahir di punggung tangan kanannya yang pernah dia lihat dulu, barulah dia yakin, bahwa itu benar-benar Reza, teman sekelasnya.
Kayla bengong, sempat memuji dalam hatinya, dia masih nggak percaya, Reza yang dulu diliatnya culun dan tambun, kini sudah berubah seratus delapan puluh derajat.
"Astaghfirullah, nyebut, Kay, nyebut, bukan mahram." Gumamnya dalam hati
"Kita lagi ada di Korea, ya, Kay, kok ada oppa-oppa di sini." Bisik Nisa yang tak berkedip menatap Reza
"Kalo’ lo nggak mau, buat gue aja, Kay." Sambungnya
"Hush, suami lo mau dikemanain?"
"O, iya, gue lupa kalo’ dah punya suami, hihihi.." Kelakar Nisa
Taman belakang rumah yang teduh, ditambah obrolan seru mereka, membuat suasana kian mencair siang ini. Berbeda dengan Kayla, dia mendadak salah tingkah saat berada di dekat Reza, dan tidak tau dari mana harus mengawali topik pembicaraannya.
Yang bisa dia lakukan hanyalah menatap sekitar, menghindarkan wajahnya dari kemungkinan tertangkap oleh mata Reza, demi untuk menyembunyikan rona merah yang semakin terlihat jelas di pipinya.
“Hari ini, saya sangat bahagia, Kay. Kamu tau, kenapa?”
Kayla menggelengkan kepala sambil tersenyum tipis
“Karena saya bisa bertemu denganmu lagi.”
Pipi Kayla merona
“Sejak kamu menolong saya waktu itu, saya jadi banyak belajar dari kamu. Menjadi pribadi yang lebih kuat, pribadi yang lebih tangguh, dan tidak mudah menyerah. Jika melindungi diri saya sendiri saja tidak bisa, bagaimana saya akan menjaga istri dan anak-anak saya nanti.”
Reza menatap wajah Kayla
“Terimakasih untuk hari ini, ya, Kay. Semoga Allah pertemukan kita lagi di momen yang lebih indah.”
Kayla tersenyum, seolah mengisyaratkan.. Aamiin..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar